Tokoh Filsafat: Mengenal Pythagoras; Pemikiran, Metempsikosis, Harmoni dan Kaum Pythagorean

Pemikiran, Metempsikosis, Harmoni dan Kaum Pythagorean oleh Pythagoras




Pythagoras lahir di pulau Samos, Ionia. Beliau hidup sekitar tahun 570-495 SM. Pythagoras masih sezaman dengan filsuf Anaximandros dan filsuf Anaximenes.

Sumber: europeana.eu




Pythagoras menyampaikan tentang pandangan pengetahuan itu relatif. Maksudnya apa? Apakah pengetahuan itu "benar" tidak pula "tidak benar"? Kalau iya, bagaimana bisa? Bukankah pengetahuan itu pasti "benar"? Kalau "tidak benar" bukan pengetahuan namanya, 'kan?


Well, bagi beliau, pandangan umum itu tidak ada. Semua orang memiliki pandangan masing-masing. Pandanganku itu pandanganku, entah orang lain setuju atau tidak. Misal aku berpandangan kalau "itu" jahat, bisa saja orang lain menganggap "itu" baik atau bisa saja orang lainnya lagi setuju dengan aku. Makanya, Pythagoras memberatkan pandangan umum itu ada.


Kemudian apa hubungan pandangan umum itu tidak ada dengan pengetahuan itu relatif?


Jadi begini, Pythagoras menegaskan pandangan itu mecangkup pengetahuan tentang benda yang dipandang. Namun, kita tidak tahu keadaan benda yang "sebenarnya", kita hanya tahu keadaan benda rupa sebagai diri bendanya. Nah, Pythagoras memberatkan tiap buah pikiran atau bisa dikatakan pengetahuan, yang didapat waktu saat "memandang" sekira-kiranya benar dan bisa saja tidak benar. Oleh sebab itu pengetahuan manusia tidak mengandung kebenaran umum. Maka pengethauan itu relatif.


Masih belum paham? Ok, aku coba pake silogisme-nya Aristoteles.

Premis pertama: pengetahuan didapat dari pandangan kita.

Premia kedua: pandangan setiap orang berbeda-beda.

Kesimpulan: Pengethuan bersifat relatif.

Begitulah kira-kira.


Lanjut, sekarang menegenai negara. Pythagoras mengemukakan bahwa negara berdiri bukan dari hukum alam, memang sengaja didirikan oleh manusia. Dahulu, manusia hidup sendiri-sendiri, ketahuan deh, jomblonya, anyway ternyata hidup sendiri itu susah, boy! Jadi cecenguk-cecenguk yang berjulukan manusia berkumpul kemudian hidup bersama. Ternyata tidak happy ending seperti kisah disney, hidup sama-sama juga susah dan kemudian, boom! Manusia menciptakan negara supaya lebih mudah mengatur masyarakat yang banyak.
 

Ok, selanjutnya, next! Pythagoras percaya kalau hukum alam diatur oleh matematika. Tunggu-tunggu, kok gitu? Begini, boy, Baginya struktur kosmos, keberadaan dan bahkan Tuhan itu sendiri hanya mungkin dari angka. Pythagoras disamping sebagai filsuf, beliau juga ahli matematika. Beliau percaya matematika memiliki keilahian tertentu yang bisa menjelaskan alam raya ini.


Pythagoras merupakam penemu geometri atau teorema yang bisa dugunakan untuk menemtukan panjang sisi miring segitiga. Panjang sisi miring segitiga siku-siku dapat dihitung dengan akar dari penjumlahan hasil kuadrat dari kedua sisi yang lain atau A^2 + B^2 = C^2. Kalian pasti familiar dengan rumus matematika ini.


Penemuan yang lain, yaitu gagasan tentang alam raya yang sifatnya harmoni tidak kacau. Dalam hal keharmonisan alam sama seperti halnya keharmonisan dalam musik. Menurut Pythagoras, harmoni suara itu ditentukan oleh pengaturan interval dari panjang pendeknya senar. Kemudian keharmonisan ini dijadikan prinsip sebagai penjelasan tentang kerharmonisan alama raya ini, di sebut harmony of the spheres.


Mengenai Kaum Pythagorean, Pythagoras mendirikan komunitas  ini di Croton, Italia selatan. Dan jelas beliau sebagai pemimpin komunitas ini. Lalu apa sih isi atau ajaran dari Kaum Pythagorean? Well, masih ingat kalau beliau "mendewakan" matematika? Ya! beliau mendirikan komunitas ini sebagai ajang mempromosikan ajaran "mendewakan" matematika.


Uniknya komunitas ini lebih berupa seperti sekte. Bahkan, beliau memberlakukan semacam melabeli makanan "haram" dalam komunitas ini. Dan apa makanan itu? yaitu kacang! Yap, kacang. Juga ada beberapa penulis kuno kalau Pythagoras memberlakukan vegetarian secara ketet. Well, sudah kayak sepert Air Nomad di series Avatar. Kemudian ada juga Eudoksos dari Knidios yang menulis kalau mereka menolak makanan daging serta menjauhi juru masak dan pemburu. Ada lagi! Menurut Aristosenos, Pythagoras membolehkan segala makanan kecuali daging lembu yang dipekerjakan sebagai pembajak. Dan lainnya, sepertinya ada banyak versi, tapi yang jelas Pythagoras memang mengatur makanan dalam komunitasnya.


Pythagoras berargumen kalau jiwa itu bersifat abadi, atau bisa disebut metempsikosis. Mekasisme cara jiwa berpindah dari tubuh satu ke tubuh yang lain tidak ketahui secara pasti.


Referensi


1. Anees, Bambang Q dan H, Radea Juli A. 2013. Filsafat untuk umum. Jakarta: Prenada Media.

2. Burn, Simon Black. 2013. Kamus Filsafat. Pustaka Pelajar : Yogyakarta, 2013.

3. Rusell, Berland. 2002. Sejaraha Filsafat Barat. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

4. "Filsafat Matematika Pythagoras". kompasiana.com. 14 Desember 2019. 3 Agustus 2020. https://www.kompasiana.com/balawadayu/5df4a5a4097f3625976738c4/filsafat-matematika-pythagoras

Comments