Tokoh Filsafat: Antisthenes, Si Pendiri Mazhab Sinis

Antisthenes




Antisthenes hidup sekitar 445-360 SM dan berasal dari kota Athena. Merupakan pendiri Mazhab Sinis juga guru dari Diogenes dari Sinope. Antisthenes merupakan murid Georgias sebelum menjadi murid Socrates. 


Sumber: stenudd.com



Beliau tidak mementingkan konsep filsafat, tapi lebih ke etika. Etika menurut dirinya adalah bagian yang paling penting dari filsafat juga sebagai keutamaan tertinggi yang patut dicari oleh manusia. Maka dari itu, Antisthenes dan pengikutnya menjauhkan diri dari pengajaran tentang seni, matematika, dan ilmu alam.


Beberapa karyanya yaitu: Cyrus, Alcibiades, Arkhelaos (berisi tentang kritis terhadap tirani), Politikus (berisi tentang kritis terhadap sistem demokrasi, Sathon (polemik dengan Plato), dan yang paling terkenal adalah Herkules (berisi etika ideal kehidupan menurut Mazhab Sinis). Sebagai balasan ketika Antisthenes menulis Sathon, Plato mengeluarkan karya Euthydemus.


Pemikiran tentang tujuan hidup manusia, Antisthenes berpendapat kalau manusia mempunyai keutamaan kala ia dapat melepaskan diri dari segala barang duniawi dan segala macam kesenangan, seperti yang dipraktekkan Socrates. Kesenangan merupakan musuh yang menghalangi kebahagaian manusia. Proses menuju kebahagian sejati menurutnya: manusia tidak akan tergantung dari apapun dan hidup dengan mencukupi dirinya sendiri, lalu manusia harus bekerja keras dengan usaha-usaha dari tubuh maupun jiwa untuk melewati beragam rintangan, setelah berhasil maka barulah manusia akan mencapai kebahagiaan sejati.


Partisipasi dalam kegiatan berpolitik dapat membahayakan moralitas seseorang, itu yang dikatakan Antisthenes. Suatu konvensi tidak berlaku bila bertentangan dengan nilai-nilai keutamaan manusia. Antisthenes juga mengatakan kalau pemimoin haruslah bisa mengendalikan moralnya sendiri.


Lanjut, Antisthenes menyatakan hanya individu yang memiliki eksistensi nyata untuk melawan konsep Plato tentang ide sebagai yang nyata. Maka, yang dianggap nyata adalah yang bersifat badaniah dan dapat dirasakan. Antisthenes berkata, "O, Plato, aku dapat melihat seeekor kuda, tetapi aku tidak dapat melihat ide ke-kuda-an itu." *pstt, aku ngakak bacanya


Oh, ya kita bahas secara singkat mengenai "Filsuf Anjing" (bukan artian secara kasar, loh) atau Kaum Cynics. Kaum Cynics merupakan murid dari Antithenes itu sendiri. Kenapa disebut "Filsuf Anjing"? Well, Antisthenes mengajar murid-muridnya di sebuah gimnasium di luar Athena yang bernama Cynosarges atau Anjing Putih. Maka dari itu muridnya disebut Kaum Cynics.


Mengenai penamaan "Filsuf Anijing" juga ada kaitanya dengan Diogenes dari Sinope. Plato sendiri menyebut kalau Socrates menjadi gila maka hasilnya adalah Diogenes. Kenapa memangnya dengan Diogenes? Diogenes hidup seadanya dan menganggap jiwa lebih penting daripada tubuh, atau secara gamblang beliau menolak kesenangan secara ekstrim. Misalnya, Diogenes tinggal di genting bekas, makan apa saja yang tampak di depanya, menyetujui ineses dan kanibalisme. Karena gaya hidupnya seperti anjing maka beliau disebut "Filsuf Anjing". Untuk lebih lengkapnya, bakal dibahas si artikel selanjutnya.



Dat is alles
Bedankt voor het lezen
En tot de volgende keer


Referensi


1. Avey, Albert A. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble.

2. Bertens, K. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

3. Copleston, Frederick. 1993. A History of Philosophy Volume I: Greece and Rome. New York: Doubleday. 

4. Kidd, I.G. 1972. "Antisthenes". In The Encyclopedia of Philosophy Volume One and Two. Paul Edwards, ed. 130-131. New York: Macmillan Publishing.

5. Zeller, Edward. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books.

6. "Sikap Sinis Itu Awalnya Terkait Anjing Yunani". kompasiana.com. 30 Mei 2015. 9 Oktober 2020. https://www.kompasiana.com/amp/setanberpikir/sikap-sinis-itu-awalnya-terkait-anjing-yunani_556c4a645b7b6118048b456a

Comments