Tokoh Filsafat: Plotinus, Pendiri Mazhab Neo-Platonisme
Plotinus
Plotinus lahir pada tahun 204 M di Mesir, Lycopolis dan meninggal pada tahun 270 M di Miturnea, Campania, Italia. Beliau pergi ke Alexandria tahun 232 M selama 11 tahun untuk belajar filsafat. Setelah itu, memutuskan menyelidiki ajaran filsafat timur pada usia 38 tahun. Pada umur 40 tahun, beliau ke Roma dan menjadi pemikir yang terkenal.
Sumber: dialecticspiritualism.com |
Plotinus merupakan filsuf pendiri Mazhab Neo-Platonisme. Mazhab ini, menjadikan pemikiran Plato sebagai inspirasi utama. Kemudian digabungkan dengan berbagai aliran filsafat lain seperti, filsafat Timur.
Inti ajaran Neo-Platonisme ditemukan dalam buku berisi kumpulan karangan Plotinus. Buku tersebut diterbitkan oleh muridnya yang bernama Porphyrios. Mirip dengan teologi trinitas dalam agama Kristen, Plotinus yakin akan tiga hal yang bersifat surgawi, yaitu Yang Esa, Intelektualitas, dan Jiwa.
Yang Esa merupakan sesuatu yang bersifat serba baik tanpa batas dari tidak dapat dideskripsikan mencontoh filsafat Plato. Deskripsi menggunakan bahasa hanya dapat menujuk Yang Esa. Walaupun bermacam-macam sebutan bagi Yang Esa dari berbagai kebudayaan dan pluralitas manusia, sejua itu bukan nama yang sebenarnya. Yang Esa digambarkan sebagai cahaya di tengah kegelapan oleh Plotinus. Dari semua yang ada, ada satu yang tertinggi dan sepenuhnya transeden, yaitu Yang Esa. Yang Esa bukan jumlah dari semua yang ada, tapi merupakan ada yang sebelumnya ada. Merupakan sumber realitas, mendatangkan Intelektualitas (berhubungan dengan pengetahuan intuitif), dan melampaui segala sifat termasuk keberadaan.
Selanjutnya Intelektualitas yang sebagau sumber dan landasan bentuk materi dunia, oleh Plato disebut dengan istilah Form. Pikiran dan objek yang dipikir menyatu dalam Intelektualitas. Tidak ada pemisah antara subjek dan objek, yang memahami dan yang dipahami.
Last but not least, Jiwa, yang berhubungan dengan rasionalitas atau pikiran yang berwacana. Jiwa ini memiliki dua level, level atas Jiwa menghadap ke dalam dan melihat hal-hal berbau surgawi dengan Intelektuakitas; dan level bawah Jiwa menghadap ke luar yang disebut Alam. Level inilah yang berkaitan erat dengan alam materi. Kedua level ini ada dalam diri manusia. Orang bisa memilih akan lebih condong ke dalam atau ke luar.
Rahasia untuk memahami konsep filsafat kosmologi Plotinus, yaitu tiga realitas (Yang Esam Intelektuakitas, dan Jiwa) merupakan level kontemplasi atau perkembangan level logika dari Realitas Abadi Yang Esa dan bukan perpindahan atau perubaha satu realitas kepada realitas yang lain secara temporal. Matahari dan Cahaya adalah satu realitas, bukan Matahari berubah menjadi Cahaya. Waktu hanyalah hasil dari ketidakmampuan dari alam memahami surgawi.
C'est tout
Merci beaucoup d'avoir lu
Et à la prochaine!
Referensi
1. Gregory, John. 1999. The Neoplatonists Reader. New York: Routledge.
2. Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
3. Yuana, Kumara Ari. 2010. The Greatest Philosophers. Yogyakarta: Andi Offset
4. "Pemikiran Plotinus". afidburhanuddin.wordpress.com. 21 September 2013. 22 Oktober 2020. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/plotinus/amp/
5. "Plotinus, Filsuf Zaman Kita". kompasiana.com. 1 April 2012. 22 Oktober 2020. https://www.kompasiana.com/amp/05101988/plotinus-filsuf-zaman-kita_550ee54b813311c12cbc67a2
8. "Plotinus; Kajian Rokoh Filsafat Abad Pertengahan". afidburhanuddin.wordpress.com. 21 September 2013. 22 Oktober 2020. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/plotinus-kajian-tokoh-filsafat-abad-pertengahan/amp/
9. "Plotinus Pemikiran dan Karya Tokoh Filsuf Metafisikawan Sekaligus Mistikus". pewartanusantara.com. 4 September 2020. 22 Oktober 2020. https://www.pewartanusantara.com/plotinus-pemikiran-dan-karya/amp/
Comments
Post a Comment