Tokoh Filsafat: Parmenides dan "Yang Ada"

Parmenides




Parmenides lahir di Elea, Italia dan  hidup sekitar tahun 540-470 SM. Pemikiran beliau sangat bertentangan dengaan filsuf Heraclitus, karena menurut beliau segala sesuatu "yang ada" tidak pernah berubah.

Sumber: britannica.com



Ok, sekarang kalian akan kubawa pada pemikiran "yang ada" oleh Parmenides. Sebelumnya, yang dapat kita ketahui, beliau menulis pemikiran filsafatnya dalam bentuk puisi. Terdapat tiga bagian. Dan aku bakal jelaskan setiap bagian sampai pada Parmenidas dan pemikirian "yang ada". Karya puisi ini dinamakan On Nature, bagian-bagiannya, yaitu:

1. Poem

Pada bagian ini berisi pembukaan. Diceritakan Parmenides lagi berjalan dalam lorong kegelapan menuju cahaya. Kemudian beliau bertemu dengan dewi, nah dewi ini menyuruh beliau untuk belajar tentang kebenaran. Oh ya, dewi ini tak bernama.

2. Way of Truth

Nah, disinilah beliau menjelaskan kebenaran atau "yang ada". Jadi, apa sih itu "yang ada"?


Pada bagian ini Parmenides bertanya, "apa itu standar kebenaran?", "bagaimana kebenaran itu dapat dipahami?". Kemudian beliau menjawab, "ukurannya adalah logika yang konsisten." 


Hah? Gimana, gimana? Begini, boy, kita ambil contoh cara berpikir tentang Tuhan, yaitu:

1. Ada.

2. Tidak ada.

3. Ada dan tidak ada.

Menurut beliau pemikiran tentang Tuhan di atas adalah salah. Jadi bagaimana, dong? Menurut Parmenides, Tuhan itu:

1. Ada, tidak menyakini yang tidak ada.

2. Sebagai ada karena yang tidak ada pasti tidak ada.

3. Tidak mungkin, karena Tuhan tidak mungkin ada sekaligus tidak ada.


Masih bingung?


Ini aku kasih contoh lagi, misal ada orang berceletuk, "Tuhan itu tidak ada." Dari sini ketahuan sekali kalau Tuhan itu ada, karena apa? Karena sebelum orang itu nyerocos "Tuhan itu tidak ada" pasti konsep Tuhan telah eksis di pikirannya. Jadi, Tuhan itu ada, sesuatu yang bisa dipikirkan, ditolak, terus diungkapkam atau diucapkan secara logis, berarti sesuatu itu ada.


Jadi, "yang ada" itu pasti ada. Kita tidak mungkin menyatakan sesuatu "yang tidak ada" bagaimana mungkin mengatakan sesuatu itu tidak ada jika sesuatu itu memang tidak ada. Orang tidak bisa mendapatkan pikiran "yang tidak ada" lah, barangnya saja tidak ada.


"Yang ada" itu meliputi segala sesuatu, tak bergerak, tak berubah, tak terhancurkan dan tak tergoyahkan. "Yang ada" adalah kebenaran yang tak bisa disangkal. Bila disangkal bakal menjadi kontradisksi, contohnya itu di atas tadi.


Kemudian setelah berargumen "yang ada", Parmenides mengemukakan  konsekuensinya. Antara lain:

1. "Yang ada" itu satu, tidak bisa dibagi, apalagi pluralitas c'est impossible. Karena tidak ada sesuatu yang bisa memisahkan "yang ada"

2. "Yang ada" itu tidak dijadikan dan tidak pula dapat dimusnahkan. Ini berati "yang ada" kekal atau abadi dan tidak bisa diubah. Ini logis, kalau "yang ada" bisa berubah, bisa-bisa "yang ada" menjadi "yang tidak ada"dan berlaku sebaliknya.

3. "Yang ada" itu perfect atau sempurna. Menurut Parmenides, "Yang ada" merupakan bulat dan mengisi semua tempat.

4. Saat "Yang ada" mengisi semua tempat, artinya tidak ada ruang hampa. Jika ada ruang hampa pastinya ada yang lain selain "yang ada"

3. Doxa atau Way of Appearance

Bagian ini Parmenides membedakan antara "yang nyata" dan "yang pendapat".


Parmenides mengungkapkan tentang kosmologinya, namun di antara urainya tidak banyak yang diketahui. Dalam pandanganya tidak ada sesuatu yang menjadi, sesuatu itu selalu ada. Sepertinya beliau meniadakan penciptaan atau ex nihilo.


Selanjutnya, kita bahas kritis Parmenides terhadap mitologi yunani dalam proses penciptaan alam raya. Menurut beliau, penjelasan itu terjebak pada pendapat dan penampakan, jauh daei kebenaran. Manusia sering terjebak pada apa yang tampak dan sering berubah-ubah dengan apa yang nyata dan benar.


C'est tout

Merci beaucoup

Et au revoir



Referensi


1. Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum, Jakarat: PT. Raja Grafindo Persada.

2. Bertens, K. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

3. Hatta, Mohammad. 2006. Alam Pikiran Yunani, Jakarta: UI-Press.

4. Kusumohamidjojo, Budiono. 2012. Filsafat Yunani Klasik Relevansi untuk Abad XXI. Yogyakarta: Jalasutra.

5. Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

6. Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.

7. "Filsafat Parmenides". afidburhanuddin.wordpress.com 21 September 2013. 9 Agustus 2020. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-parmenides/amp/

8. "Parmenides-Filsuf Penemu Metafisika". biografi.kamikamu.co.id. 16 Juli 2020. 9 Agustus 2020. https://biografi.kamikamu.co.id/parmenides-filsuf-penemu-metafisika/

9. "Parmenides: Peri Physeos atau Tentang Alam (Uber Die Natur)". rumahfilsafat.com. 18 April 2014. 9 Agustus 2020. https://rumahfilsafat.com/2014/04/18/parmenides-peri-physeos-atau-tentang-alam-uber-die-natur/amp/

10. "Pemikiran Parmenides Filosof Yunanin Kuno". sejarah-negara.com. 13 Januari 2020. 9 Agustus 2020. https://www.sejarah-negara.com/67733/pemikiran-parmenides-filosof-yunani-kuno/

Comments