Tokoh Filsafat: Zeno dari Elea beserta Paradoks-Paradoksnya

Pemikiran dan Paradoks oleh Zeno dari Elea



Zeno lahir di Elea dan hidup sekitar tahun 495-430 SM. Beliau masih seorang filsuf pra-Socrates dan merupakan murid dari Parmenides. Aristoteles menyebut beliau sebagai penemu dialektik karena pemikirannya tentang paradoks.


Sumber: alchetron.com



Karena Zeno merupakan murid dari Parmenides, beliau sependapat dengan gurunya kalau semua perubahan dan gerak yang ada di dunia ini adalah semu. Dalam pemikirannya, beliau mengemukakan enam paradoks. Paradoks ini sangat terkenal karena terus "menggelisahkan" pemikiran para matematikawan dan baru dipecahkan 2000 tahun kemudian.


Apa saja sih paradoks ciptaan Zeno? Mari kita bahas!


1.  Paradoks Dikotomi

Beliau menyatakan kalau sebuah benda yang bergerak tidak akan pernah sampai ketujuan.

Tunggu, tunggu. Masa sih? Bukannya kalau misal kita naik mobil dari Jakarta ke Bandung bukankah nantinya kita sampai ke "tujuan". Kok bisa Zeno berkata bahwa sebuah benda yang bergerak tidak akan pernah sampai tujuan? 

Begini, boy, Zeno menyatakan kalau ada ruang kosong dan ruang kosong itu membuat jarak tertentu, sebenarnya "jarak tertentu" itu tak terhingga. Kok bisa gitu? Karena "jarak tertentu yang tak terhingga" dapat dibagi lagi menjadi "jarak-jarak tertentu" dan jumlahnya tak terhingga juga dan lagi-lagi bisa dibagi menjadi "jarak-jarak tertentu" yang tidak ada habisnya. Jika ada benda yang bergerak, benda itu menempuh "jarak-jarak tertentu" yang tak terhingga, sehingga benda itu tak akan sampai "tujuan". Jadi, gerak itu sesuatu yang absurd.

2. Paradoks Achilles dan Kura-kura

Kalian pasti pernah dengar si Achilles yang memiliki tubuh kebal gara-gara tubuhnya di rendam dalam Sungai Styx dan memiliki kelemahan ditumitnya. Anyway, kita tidak akan bahas kisahnya secara keseluruhan tapi kita akan membahas perlombaan antara Achilles dan kura-kura.

Dimulai pada zaman dahulu, Achilles berlomba lari dengan kura-kura, karena kura-kura lambat maka kura-kura disuruh start duluan. Nah, misal Achille lari dengan kecepatan 1m/s dan kura-kura setengahnya, ½m/s. Karena kura-kura mengawali perlombaan dengan jarak 1 km dan Achilles 0 km (asumsi total jarak adalah 2 km) ketika Achilles mencapai titik 1 km, maka kura-kura ada di titik 1,5 km. Achilles di titik 1,5; kura-kura ada di titik 1,75. Achilles ada di titik 1,75; kura-kura ada di titik 1,875. Dan kejadian itu terus terjadi secara terus menerus. Jadi, bisakah Achilles menyusul kura-kura?

3. Paradoks Anak Panah

Anak panah bergerak pada waktu tertentu, diam maupun tidak diam. Jika waktu tidak bisa dibagi, anak panah tidak akan bergerak. Jika kemudian waktu dibagi. Tapi, waktu juga tersusun dari setiap (satuan) saat. Jadi, anak panah tidak dapat bergerak pada suatu saat, tidak dapat pula bergerak pada waktu. Itulah sebabnya anak panah dikatakan selalu diam.

4. Paradoks Stadion

Misal ada tiga barisan benda A, B, dan C di lapangan stadion. Barisan A ada di tengah lapangan dan diam. Sedangkan barisan B dan C ada di ujung kiri dan kanan barisan A.

Lalu, B dan C saling mendekati dengan jarak dan kecepatan yang sama (hendak bersejajar dengan barisan A).  Antara "sebelum" dan "sesudah", titik C yang paling kiri melewati dua buah B, tapi cuma satu buah A. Jadi, waktu C untuk melewati B itu sama saja dengan setengah waktu untuk melewati A. Padahal mereka bergerak dalam kecepatan dan jarak yang sama loh!

Jadi, bagaimana? Bingung?

5. Paradoks tentang Tempat

Lanjut ke paradoks selanjutnya. Paradoks ini cukup singkat, jadi begini: keberadaan suatu benda (misal: pulpen) adalah suatu tempat tertentu (misal meja), sedangkan tempat tertentu itupun (meja) memerlukan suatu tempat (misal: kantor) dan seterusnya sampai tak terhingga.

6. Paradoks tentang Bulir Gandum

Misalnya, aku menjatuhkan sebuah karung isi gandum yang belum dikupas kulitnya pasti bakal terdengar suara keras. Suara keras tadi itu adalah akibat dari gesekan bulir-bulir gandum dalam karung, yang artinya setiap bulir-bulir gandum menimbulkan suara saat kujatuhkan. Coba, sekarang kalau aku jatuhkan setiap bulir gandum itu, pasti tampak jelas kalau tidak ada suara yang dihasilkan.

Cukup masuk akal, bukan?


Setelah membahas paradoks milik Zeno, sekarang kita bahas "perjalanan" Zeno. Zeno terinspirasi oleh Socrates dalam hal etika dan keberanian. Ingat kalau Socrates meninggal gara-gara dituduh "murtad" dan perusakan agama dan Zeno menganggap kematian beliau sebagai martir. Dan simsalabim! beliau mendirikan aliran stokisme yang menyatakan bahwa kematian bukan sesuatu yang harus ditakuti, apalagi kalao kematian itu dilakukan dengan tujuan kebaikan. 


Pemikiran Zeno juga dipengaruhi filsafat aliran sinisme yang dikembangkan oleh Crates. Dalam hal kemerdekaan manusia memilih hidup, bukan patuh pada aturan hidup, melainkan taat pada keteraturan alam. Karena hukum tertinggi adalah hukum alam yang diatur sang ilahiah. Ciri dari sinisisme yaitu, anti-kemapanan. Maksudnya? Jadi menjalani hidup menyatu dengan alam, begitu.


Oh ya! mengenai hukum alam, menurut Zeno segala hal yang terjadi tidak ada namanya kebetulan belaka, semuanya sudah ada yang mengatur! Siapa yang mengatur? Hukum alam. Lalu, siapa yang menciptakan hukum alam? Zeno mengatakan kalau yang menciptakan hukum alam itu adalah logos atau akal dunia. Logos di sini diartikan sebagai Tuhan, ya!


Manusia dan alam merupakan satu kesatuan sistem yang tidak bisa dipisahkan, maka manusia harus mengikuti hukum alam agar mencapai kebahagiaan.



Dat is alles

Bedankt

En dag!





Referensi


1. Asmoro, Achmadi. 2008. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2. Budiono.2013. Filsfat Barat Klasik. Yogyakarta: Jalasutra.

3. Hakim, Atang Abdul & Saebani, Beni Ahmad. 2008. Filasafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.

4. Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

5. Masykur. 2013. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: IRCiSoD.

6. Surajiyo. 2008. Filasafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

7. "Filsafat Zeno". afidburhanuddin.wordpress.com. 21 September 2013. 8 Agustus 2020. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-zeno-2/amp/

Comments