Tokoh Filsafat: Xenophanes dan Kritik Antropomorfisme Tuhan
Kritik Xenophanes terhadap Antropomorfisme Tuhan
Xenophanes hidup sekitar tahun 570-480 SM berasal dari Kolophon, Ionia, Asia Kecil. Beliau merupakan guru dari Parmenides (yang berpendapat segala sesuatu yang ada tidak pernah berubah). Beliau meninggalkan kotanya saat umur 25 tahun dan pada saat yang bersamaan kotanya direbut oleh bangsa Persia tahun 545 SM. Setelah itu, Xenophanes melanglang buana, beberapa sumber kuno menyebutkan kalau beliau pernah menetap di kota Messiana dan Katania. Kemudian singgah di Malta, Pharos, dan Syrakusa. And finally settle down di Elea, Italia Selatan.
Sumber: iep.utm.edu |
Selain berfilsafat, beliau juga terkenal sebagai penyair dan diketiahui mengarang sebuah syair ketika kota Elea didirikan pada tahun 540 SM. Bahkan, beliau dengan berani mengkritik Homeros dan Hesiodos, penyair Yunani yang terkenal kala itu. Namanya begitu terkenal karena pertama kali membuncahkan adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos. Xenophanes membantah Antropomorfisme Tuhan. Apa sih Antropomorfisme Tuhan? Well, Antropomorfisme diartikan sebagai atribusi kafakteristik manusia kepada makhluk yang bukan manusia. Jadi, Antropomorfisme Tuhan bisa diartikan Tuhan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecendrungan berpikir maka Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lainnya.
Dengan melakukan pengamatan terhadap Tuhan antropomorfis yang digambarkan berwatak kurang bermoral, kurang ramah, dan bersifat banyak memiliki kelemahan, juga mirip dengan manusia maka Xenophanes berpendapat kalau Tuhan tersebut tidak pantas untuk dipuji dan dijadikan Tuhan. Serius deh! Baca Dewa-Dewi Yunani Romawi atau Dewa-Dewi Mesir atau Dewa-Dewi Nordik, kelakuan mereka mirip manusia cuma mereka punya kuasa lebih. Ya! Setelah berkutat dalam pengamatannya, Xenophanes memperlihatkan pengambaran Tuhan berbeda dari satu budaya ke budaya lain. Misal, orang Ethiopia mengambarkan Tuhan berhidung pesek dan berambut hitam; orang Thracia mengambarkan Tuhan bermuka pucat dan berambut merah.
Xenophanes juga mengkritik dengan candaan cerdas konsep reinkranasi jiwa manusia Pythagoras yang bisa masuk ke tubuh binatang. Yang mungkin saja gembala sapi bakal mengembalakan kakeknya karena jiwa kakeknya bereinkranasi di salah satu sapinya.
Sikap sauvinisms yaitu paham tentang cinta tanah air dan bangsa yang berlebihan. Saat Tuhan digambarkan berbeda dari masyarakat yang satu dengan yang lain, bisa jadi salah satu dari mereka ada yang benar atau bisa juga tidak ada satupun yang benar. Tapi, tapi, kerap muncul bahwa Tuhan dialah yang paling benar. Nah, di sinilah sauvisisme Yunani mencuat, karena Dewa-Dewi merekalah yang paling benar. Maka kritik Xenophanes adalah: Andaikan sapi, kuda atau singa memiliki tangan seperti manusia (bisa menggambar), maka sapi akan mengambarkan Tuhan berkarakteristik seperti sapi sama halnya dengan kuda atau singa.
Dan, akhirnya Xenophanes mengajukan gambaran Tuhannya. Baginya, ada satu Tuhan yang ter-Maha, tidak mirip dari manusia baik dalam bentuk serta berpikir. Xenophanes bisa dikatakan pemikir konsep Tuhan Monoteis dari penganatan Tuhan Politeis.
Lanjut pemikiran Xenophanes tentang pengetahuan. Beliau mengatakan kalau manusia tidak bisa mendapatkan pengetahuan yang mutlak. Tapi, pada kala yang sama manusia harus mencari pengetahuan tersebut walaupun hanya berupa satu kemungkinan. Hal tersebut ditunjukan dalam dua fragmen:
1. Dewa-Dewi tidak menyatkan segala sesuatu kepada manusia sejak awalnya, tetapi setelah waktu berlalu, manusia menemukan banyak hal dengan cara mencarinya sendiri. (Fragmen 18)
2. Tidak ada manusia yang pernah melihat ataupun mengetahui kebenaran tentang Dewa-Dewi serta semua hal yang kukatakan. Karena jika ada orang yangbberkata mengetahui semuanya, maka sebenarnya ia tidaklah tahu, melainkan hanya mempercayai tentang segala sesuatu. (Fragmen 34)
Dalam Fragmen 18 menyajikan kemungkinan mencadi pengetahuan melalui penelitian. Sedangkan Fragmen 34 menolak kemungkinan manusia pengetahuan yang mutlak, setidaknya untuk hal yang sulit menurut Xenophanes. Karena itulah perlu dibedakan antara kebenaran, pengetahuan, dan kepercayaan.
Tentang alam semesta, Xenophanes mengemukakan kalau matahari itu berjalan terus dengan bergerak lurus dan setiap pagi terbilah matahari bari. Gerhana menurut beliau disebabkan matahari jatuh ke dalam lubang. Kemudian bintang-bintang sebagai awan-awan yang berapi sebab bersinar di kala malam. Segala sesuatu dipandang berhulu dari bumi dan bumi pula sebagai hilir dari segala sesuatu. Bahkan manusia menurut beliau berasal dari bumi dan air, laut adalah sumber segala air dan juga angin. Samudera melahirkan awan, angin, dan sungai. Pelangi dikatakan sebagai awan berwarna.
Xenophanes menyatakan kalau bumi berada dalam proses peredaran secara continue. Dari tanah menjadi lumpur, lalu menjadi air laut. Dan berlaku pula sebaliknya, air laut menjadi lumpur kemudian menjadi tanah. Xenophanes membuktikan teorinya dengan fosil kerang laut, dulunya fosil kerang laut berada dalam batu dan hal ini menunjukan kalau dulu batu tersebut merupakan lumpur.
Dat is alles
Bedankt voor het lezen
En tot de volgende keer!
Referensi
1. "Beberapa Pemikiran Xenophanes dan Herakleitos". sudewi2000.wordpress.com. 26 September 2011. 3 September 2020. https://sudewi2000.wordpress.com/2011/10/09/beberapa-pemikiran-xenophanes-dan-herakleitos-disarikan-26-september-2011/amp/
2. "Pemikiran Xenophanes". parumpujaya.blogspot.com. 16 Januari 2016. 3 September 2020. http://parumpujaya.blogspot.com/p/pemikiran-xenophanes-570-sm-475-sm.html?m=1
3. "Xenophanes". mynewsbloglailin.blogspot.com. 21 Mei 2015. 3 September 2020. http://mynewsbloglailin.blogspot.com/2015/05/xenophanes.html?m=1
4. "Xenophanes: Pemikir Bebas dari Colophon". zenospere.wordpress.com. 16 Juni 2015. 3 September 2020.
Comments
Post a Comment