Tokoh Filsafat: Filsuf Socrates serta Dialektika

Socrates yang Mengatakan, Kebenaran Absolut itu Ada




Socrates hidup sekirar tahun 470-339 SM. Beliau dilahirkan di Athena, tepatnya 4 Juni 470 SM. Socrates salah satu ahli filsafat besar dari Yunani disamping Plato dan Aristoteles. Beliau seorang sosok filsuf yang misterius dalam sejarah perkembangan filsafat. Karena apa? Beliau tidak pernah menulis satu patah kata pun! Jadi, kok bisa Socrates merupakan seorang filsuf? Pemikiran beliau berasal dari catatan Plato, Xenophone, dan murid-murid yang lain. Yang paling terkenal merupakan karyanya Plato, berisi dialog-dialog yang mengunakan nama Socrates. 

Sumber: britannica.com




Masa hidup Socrates sezaman dengan kaum sofis. Beliau dikenal sebagai orang yang tidak tampan, pakaiannya sederhana, tanpa alas kaki, lalu berkeliling mengajak warga Athena berdiskusi. Menurut Cicero, Socrates memindahkan filsfat langit ke bumi, yang artinya itu sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, tapi manusia itu sendiri. Tunggu, tunggu, sama dong kayak Kaum Sofis yang menempatkan manusia sebagai ukuran segala-galanya. Maka dari itu ada loh yang menyebut Socrates termasuk Kaum Sofis, yaitu Aristophanes.


Sebenarnya ada berbedaan yang besar antara Socrates dengan Kaum Sofis. Filsafat Socrates merupakan suatu kritis terhadap Kaum Sofis. Masih ingatkan kalau di artikel sebelumnya disinggung tentang ajaran pokok Kaun Sofis? Salah satunya "Kebenaran itu relatif". Nah, Socratss malah menyatkan kalau tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum yang bisa dipegang oleh semua orang. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kalau kebenaran umum itu ada, yaitu definisi itu sendiri. Misal, "apakah itu kursi?" coba kalian cek seluruh kursi di rumah atau sekeliling kalian. Kemudian kalian melapor, kursi sofa terdiri dari tempat duduk dengan alas busa, sandaran yang diisi busa, berkaki empat, memakai kayu jati. Kursi belajar terdiri dari tempat duduk, sandaran tinggi, berkaki empat yang terbuat dari besi tanpa karat. Dari dua kursi di atas dapat disimpulkan kalau kursi itu terdiri tempat duduk dan sandaran. Itulah definisi, itulah kebenaram umum mengenai kursi. Sedangkan kebenaran relatifnya menyebutkan ciri seperti terbuat dari kayu atau besi, apakah ada busa atau tidak dan lainnya.


Karena Socrates tidak meninggalakan satu karya pun. Ajaran beliau diperoleh dari tulisan-tulisan muridnya, terutama Plato. Cara Socrates memberikan ajarannya yaitu berkeliling menemui orang-orang berbagai macam latar belakang dengan menggunakan metode percakapan-percakapan. Beliau menganalisis pendapat-pendapat, pertama-tama beliau menanggapi jawaban pertama sebagai hipotesis dan dengan jawaban-jawaban selanjutnya baru kemudiam menarik konsekuensi-konsekuensi yang dipeloreh dari jawaban-jawaban tersebut. Jika hipotesis tadi tidak bisa dipertahankan sebab menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis tersebut diganti, lalu hipotesis yang kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawabannya dan berlanjut terus. Sering terjadi dialog itu malah berakhir meninggalkan kebingungan. Akan tetapi, bisa juga dialog itu melahirkan suatu definisi yang berguna. Metode ini dinamakan dialektika.


Menurut Plato, dialektika dalam pengertian sebagai metode menggali pengetahuan dengan cara berdialog atau bercakap-cakap atau tanya jawab, bukan ditemukan oleh Socrates. Metode ini dipakai oleh Zeno, murid Parmenides. Dalam dialog Plato berjudul Parmenides, Zeno mengungguli Socrates dalam metode dialektika dan pada saat yang bersamaan juga, ketika Socrates menggunakan metode dialektika kepada orang lain, Socrates yang unggul.


Ketika Socrates mengunakan metode tersebut, beliau membuka suatu cara berpikir yang disebut induksi. Induksi di sini di artikan sebagai menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuam tentang hal khusus. Misal, besi kalau dipanaskan pasti memuai; perak kalau dipanaskam memuai; juga perunggu kalau dipanaskan pasti memuai. Ketiga hal tadi, besi; perak; dan perunggu termasuk logam. Jadi kesimpulan induksinya adalah, logam kalau dipanaskan bakal memuai.


Socrates mengatakan kalau jiwa manusia itu bukanlah nafasnya semata-mata, tapi juga asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa adalah intisari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya. Beliau juga percaya ada kehidupan setelah  kematian. Mati merupakan perpindahal jiwa manusia ke dunia selanjutnya. Ruh ada sebelum manusia, ketika manusia mati maka ruh kembali ke tempat asal.


Konsekuensi dari cara Socrates berfilsafat membuat dirinya dituduh sebagai orang yang menolak agama serta membuat agama sendiri. Beliau di adili di pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan tersebut beliau mengatakan pembelaanya dan murisnya, Plato menulis pembelaan tersebut dan dikenal sebagai Apologi. Beliau akhirnya dinyatkan bersalah dan meninggal dengan cara menegak racun.


Untuk catatan tambahan, ternyata Socrates merupakan seorang pematung dan beberapa karyanya ditampilkan di salah satu tempat di jalan menuju ke Acropolis di Athena.





Dat is alles
Bedankt voor lezen
En dag!



Referensi


1. Bertens, Kees. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius: Yogyakarta.

2. Hadiwijono, Harun 1980. Sari Sejarah Islam. Kanisius: Yogyakarta.

3. Rakhmat, Ioanes. 2009. Sokrates dalam Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks. Gramedia: Jakarta.

4. Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

5. Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Carpa. Rosda Karya: Bandung.

6. "Socrates dan Gagasan Filsafatnya". kompasiana.com. 6 November 2018. 3 Agustus 2020. https://www.kompasiana.com/sufita/5be0fe28677ffb021a100102/socrates-dan-gagasan-filsafatnya

7. "Socrates dan Pemikirannya". afidburhanuddin.wordpress.com. 21 September 2013. 3 Agustus 2020. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/socrates-dan-pemikirannya/

Comments