Ulasan Film: Pengabdi Setan
Ulasan Film Horor, Bersutradara Joko Anwar; Pengabdi Setan
Sumber: twitter.com/jokoanwar |
Sutradara : Joko Anwar
Produser : Sunil Samtani
Gope T. Samtani
Priya N.K.
Penulis : Joko Anwar
Berdasarkan : Pengabdi Setan (film 1980)
Pemeran : Tara Basro
Dimas Aditya
Bront Palarae
Endy Arfian
Ayu Laksmi
Elly D. Luthan
Nasar Anuz
Arswendi Nasution
Egi Fedly
M. Adhiyat
Fachri Albar
Asmara Abigail
Musik : Aghi Narotama
Bemby Gusti
Tony Merle
Sinematografi : Ical Tanjung
Penyunting : Arifin Cu'unk
Perusahaan produksi : Rapi Films
Distributor : Rapi Films
CJ Entertainment
iflix Originals
Paramount Pictures
Tanggal rilis : 28 September 2017 (Indonesia)
23 November 2017 (Malaysia)
18 Januari 2018 (Singapura)
08 Maret 2018 (Thailand)
09 Maret 2018 (Taiwan)
24 Mei 2018 (Spanyol)
Durasi : 107 menit
Kutipan dari wikipedia.org
Haii guys, kembali lagi bersama Discimusacitya, sekarang aku akan mengulas film horor bersutradara Joko Anwar. Sebenarnya cukup telat sih, film keluar tahun 2017, aku review tahun 2021. Tapi enggak apa-apa. Let's check it out!
Main story bukan seperti kebanyakan film-film hantu di luar sana; menceritakan anggota keluarga yang pindah rumah tapi rumahnya berhantu. I mean, apa rumahnya enggak di check and recheck ya? Atau emang sengaja buat uji nyali tapi akhirnya nyalinya pun habis. Hadeh..
Jadi, Pengabdi Setan menceritakan sebuah keluarga yang punya masalah finansial. Mawarni Suwono (Ayu Laksmi), selaku tokoh Ibu sakit yang disampaikan kalau sudah sakit 3 tahunan gitu. Dan ketika Ibu meninggal, maka kisah horor pun berlanjut dan semakin intens.
Ada berapa plot hole, dan yang paling parah saat Rini (Tara Basro) dan Bapak (Bront Palarae) membicarakan sesuatu yang penting, Rini bertanya kepada Bapak apa yang dibicarakan sama Ibu; kupikir ini bakal jadi titik terang and guess what? Malah sampai akhir film enggak ada tuh diceritakan atau scene Bapak sama Ibu membicarkan hal itu. What's the point then?
Scene jumpscare yang enggak bikin kaget atau nakutin karena aktingnya kurang nendang. Apalagi akting Tara Basro. Aku sudah nonton 3 film yang main karakternya Tara Basro dan aku enggak enjoy. Kayak ada something dari Tara Basro yang enggak bisa dihilangin sepenuhnya dari dirinya jadinya pendalaman karakternya kurang.
Yang paling oke untuk masalah pendalaman karakter adalah Endi Arfian yang berperan sebagai Tony. Dan menurutku aktingnya Endi Arfian lebih bagus daripada Tara Basro. Muhammad Adhiyat yang berperan sebagai Ian juga ok, anak sekecil itu sudah lumayan bagus. Dan bagian lucunya pas dia ketemu hantu, takut enggak lucu iya. Teriaknya kurang totalitas, dek!
Untuk latar lumayan dapet si, ada piringan hitam sama radio. Musik yang dipasang juga pas banget dengan suasana kelam nan seram.
Yang paling lucu sih penggunaan 'kau', entah kenapa lucu aja. Asing banget ditelinga. Walaupun aku sering menemuinya di novel-novel terjemahan, tapi ini pertama kali aku nemu film pakai 'kau'. Kan biasanya pakai 'lo' atau 'kamu'. Malah kupikir kalau pakai 'aku-kamu' malahan jadi pada baper (Sterotip orang Jakarta). Yah, walaupun aku juga kadang dengar orang pakai 'kau' apalagi di daerah Batam. Alasan paling logis menurutku karena mengambil latar tahun 1981 kali ya? Soalnya aku belum lahir tahun itu, jadi kurang tau.
Para hantu-hantu yang berperan di film ini entah kenapa kurang nendang juga. Bahkan adegan menuju akhir yang banyak hantunya enggak menimbulkan perasaan deg-degan atau merinding. Itu-itu aja.
Well, itu aja sih dariku. Menurutku sudah lumayan untuk film horor dari Joko Anwar ini. Mungkin masih pr buat plot sama akting yang masih kurang ciamik.
Rating dariku 6/10
È tutto
Grazie per aver letto
E ci vediamo la prossima volta
Comments
Post a Comment