Tokoh Filsafat: Empedokles, Cinta dan Benci
Cinta dan Benci oleh Empedokles
Empedokles yang hiduo sekitar tahun 490-435 SM dilahirkan di Acragas, pulau Sisilia yang ternyata merupakan sebuah koloni Yunani. Beliau meninggal pada usia 60 menurut keterangan Aristoteles. Legeda berkata kalau Empedokles meninggal dengan cara terjun ke kawah gunung Etna.
Sumber: thefamouspeople.com |
Beliau menganut aliran pluralisme sama seperti Anaxogas yang sebelumnya telah kita bahas. Beliau dipengaruhi oleh kaum Pythagorean (komunitas yang didirikan Heraklitus, mengajarkan "mendewakan" matematika) serta Parmenides. Kedua filsuf, Pythagoras dan Parmenides sudah kita bahas juga. Untuk kaum Pythagorean bakal kubahas lebih rinci di artikel selanjutnya.
Anyway, Beliau menghasilkan dua karya dalam bentuk puisi, yaitu Perihal Alam dan Penyucian-Penyucian. Keduanya memiliki 5000 ayat, dan sayang sekali sekarang cuma ada 350 ayat dari puisi pertama dan 100 ayat dari puisi kedua.
Pernah dengar kata-kata ini. A long time ago, four nations live together in harmony and then everything changed when fire nation attacks. Only the avatar, master all four elements can stop them, but when he needed the most, he disappeared?
Salah satu opening dari series yang epic, Avatar: The Legend of Aang. Lah, terus hubungannya dengan Empedokles apa? Nah di situ kan diceritakan ada empat negara dan empat elemen. Api, Air, Tanah, dan Udara. Gagasan pembentukan alam semesta menurut Empedokles ya dari empat elemen itu tadi. Beliau menggunakan istilah akar (rizomata) dalam penyebutan elemen tadi. Baru kemudian Plato menggunakan istilah anasir (stoikeia).
Api dikaitkan dengan yang panas. Air dikaitkan dengan yang basah. Udara dikaitkan dengan yang dingin. Dan tanah dikaitkan dengan yang kering. Empedokles berpendapat kalau keempat akar atau anasir ini memiliki kuantitas atu jumlah yang sama persis. Anasir ini tidak berubah, tetapi semua benda yang eksis di jagat raya ini terdiri dari empat akar tadi walau berbeda komposisinya. Misal, Empedokles menyatkan kalau tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api. Suatu benda bisa saja berubah karena keempat anasir tadi diubah juga.
Oh ya! Ini merupakan salah satu kemajuan dari pemikiran Empedokles. Karena apa? Beliau menyatakan kalau udara merupakam anasir atau akar tersendiri. Filsuf-filsuf sebelumnya, misal Anaximenes, masih mencampuradukkan antara udara dan kabut.
Kemudian, kalau kalian bertanya-tanya apa yang merupakan penyebab terjadinya perubahan-perubahan dalam jagat raya, menurut Empedokles jawabnnya adalah cinta dan benci. Yap! benar! Cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan akar-akar tadi. Sedangkan benci berfungsi mencerai-beraikan anasir-anasir. Beliau menggambarkan cinta dan benci sebagai cairan yang sangat, sangat halus dan ada di setiap benda.
Selanjutnya, atas dasar cinta dan benci ini, beliau membagi kejadian-kejadian dalam alam semesta menjadi empat zaman, yaitu:
1. Zaman pertama, saat itu si cinta begitu dominan dan menguasai segala-galanya pada zaman ini. Alam semesta digambarkan sebagai sebuah bola dan semua anasir atau akar tercampur aduk dengam sempurna. Dan untuk si benci, dia disingkirkan ke ujung.
2. Zaman kedua, memasuki zaman ini si benci mulai masuk dan mencerai-beraikan anasir-anasir tadi (mungkin dia marah gara-gara disingkirkan). Pada zaman ini hasilnya fifty-fifty, untuk si cinta berkuasa sebagian dan si benci sebagian juga. Benda-benda memiliki kemantapan, tapi bisa juga lenyap, misalnya itu makhluk hidup bisa mati. Dan Empedokles mengutarakan kalau manusia hidup pada zaman ini.
3. Zaman ketiga, si sini si benci semakin benci (dan mungkin marah juga?), dia mencerai-beraikan anasir semakin menjadi-jadi hingga si benci yang menjadi dominan. Kini tinggal si cinta yang tinggal di ujung.
4. Zaman keempat, dan jeng, jeng, jeng, si cinta (mungkin selagi di ujung, dia bertapa untuk memperoleh kekuatannya kembali?) mengobarkan perang pembentukan anasir melawan perceraian anasir. Ketika si cinta kembali ke dominan maka zaman akan terulang kembali dari yang pertama.
Dalam karya Penyucian-Penyucian, Empedokles membicarakan tentang perpindahan jiwa dan juga cara agar orang-orang tidak luput dari perpindahan itu dengan menyucikan diri. Pandangan tentang perpindahan jiwa ini nampaknya terpengaruhi oleh kaum Pythagorean.
By the way, pemikiran Empedokles tentang empat anasir atau akar tadi akan diambil alih oleh Plato, Aristoteles, juga filsuf-filsuf yang lain. Kemudian kosmologi Aristoteles yang sudah diterima secar umum sepanjang Abad Pertengahan, artinya teori tentang anasir tadi merupakan pandangan dunia sampai setidaknya awal zaman modern. Saat itu, pada abad ke-17 Boyle membantah teori ini dan membuka jalan untuk kimia modern yang biasa kita kenal saat ini.
Begitulah ceritanya, boy!
Danke schön!
Sampai ketemu di artikel selanjutnya!
Referensi
1. Bertens, K. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
2. Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius
3. "Cinta & Benci Menurut Empedokles". kompasiana.com. 8 Oktober 2019. 16 Agustus 2020. https://www.kompasiana.com/bunglomi/5d9ca0862607db41e63f7382/cinta-benci-menurut-empedokles?page=all#section2
Comments
Post a Comment